Ditjen Pendidikan Islam Kemenag kembali menggelar Madrasah Young Reseachers Supercamp (MyRes), ajang kompetisi di bidang penelitian.
Myres menjadi ajang peserta didik untuk berlatih menganalisis sebuah fenomena dan permasalahan, menelaah, serta memberikan solusi atas fenomena dan permasalahan tersebut. Salah satunya dilakukan oleh siswa MA Riyadlotut Thalabah, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang.
Pada Myres 2021, MA Riyadl mengajukan enam penelitian berbasis kearifan lokal. Keenam penelitian tersebut yaitu:
1. Media berbasis Augmented Reality Termodifikasi untuk Meningkatkan kemampuan Baca Tulis Alquran Anak Usia Dini.
2. Kambing Berbalut Plastik: Analisis Konsumsi Hewan Ternak pemakan Sampah dalam Perspektif Halalan Thoyyiban
3. Analisis Pengaruh Self Affirmation Terhadap Kepercayaan Diri (self esteem) siswa Pondok Pesantren)
4. Nilai-nilai Kearifan Lokal Dalam Tradisi Ngalungi Sebagai Wujud Rasa Syukur atas Rojo Koyo di Era Modern (studi kasus Desa Candi Mulyo Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang)
5. Dampak Eksistensi Industri Semen Terhadap Ekonomi Dan Sosial Masyarakat Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Rembang
6. Makna Tardisi Gambuhan Pada Tradisi Gambuhan Pada Prosesi Pernikahan Anak Perempuan Mbarep Dalam Perspektif Islam (studi kasus Desa Dadapan, Kec. Sedan, Kab. Rembang)
Koordinator riset Khusna Mardhiyah mengatakan, MA Riyadl merupakan salah satu madrasah yang berkonsentrasi di bidang penelitian selama sepuluh tahun terakhir. Madrasah ini telah beberapa kali meraih prestasi dalam kompetisi penelitian, baik tingkat regional maupun nasional. Selain dirinya, MA Riyadl diperkuat tim pembimbing yang berkompeten di bidang riset, yaitu: Nurul Fitriana Dewi, Ribna, Azka Amalia, dan Nafisatun Nurroh.
“Saat ini, MA Riyadl merupakan madrasah berbasis riset. Pengembangannya dilakukan secara blended atau kombinasi antara ekstrakurikuler dan intrakurikuler. Ekstrakurikuler dikemas dalam kegiatan kelompok ilmiah remaja atau KIR. Sedangkan intrakurikuler diintegrasikan dalam mapel mulok riset khusus kelas unggulan riset,” ungkap Khusna Mardhiyah di Rembang, Selasa (3/8/2021).
“Dari pembelajaran di kelas tersebut, kami lihat ada beberapa peserta didik yang unggul di kelas. Akhirnya kami tawarkan kepada mereka untuk mengikuti event myres ini,” sambungnya.
Menurut Khusna, enam tema penelitian berbasis kearifan lokal ini merupakan hasil buah pikiran dari enam tim berbeda, yang terdiri dari peserta didik kelas XI dan kelas XII. Peserta didik yang masuk dalam tim riset di Myres ini merupakan peserta didik yang unggul selama pembelajaran riset di kelas. Peserta didik tersebut merupakan peserta didik yang memiliki ketertarikan di bidang riset.
“Proses penyusunan proposal pun dilakukan melalui diskusi antara tim dan juga pembimbing, baik secara tatap muka terbatas maupun online.
Awalnya masing-masing anggota tim melakukan observasi terhadap fenomena dan masalah di sekitar yang menarik untuk diteliti,” jelasnya.
Saat ini peserta Myres sedang menunggu pengumuman seleksi proposal tahap pertama setelah pengumpulan proposal pada akhir Juli kemarin. “Semoga mendapatkan hasil yang terbaik sesuai harapan,” pungkas Khusna Mardhiyah.